Selasa, 19 Juli 2022

The Great Indonesian (Orang-Orang Hebat Indonesia)

The Great Indonesian (Orang Hebat Indonesia)

Bercerita tentang bangsa Indonesia, kita harus bercerita tentang mereka, orang-orang besar, yang telah mengorbankan jiwa, raga dan segalanya demi bangsa ini. Mereka yang besar, adalah mereka yang berpikiran besar, bertindak besar, berkorban besar, berdiri di atas semua golongan, demi keutuhan bangsa Indonesia.

Berikut ini beberapa orang besar negeri ini, yang telah berkorban banyak demi kecintaannya terhadap negeri ini, terlepas dari bahwa mereka juga manusia biasa (disusun menurut abjad):

The Great Indonesian, Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Gus Dur

Abdurrahman Wahid (Gus Dur):
  • Lahir: 7 September 1940, di Kabupaten Jombang, Indonesia
  • Meninggal: 30 Desember 2009, di Jakarta, Indonesia
  • Cicit dari K. H. Hasyim Ashari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU); dan anak dari K. H. Wahid Hasyim, tokoh pergerakan nasional Indonesia
  • Pendidikan: Universitas Baghdad, Karachi Grammar School, Universitas Al-Azahar
  • Dr. K. H. Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab dipanggil Gus Dur merupakan tokoh muslim dan pemimpin politik Indonesia, yang menjadi Presiden Indonesia keempat dari tahun 1999 - 2001 menggantikan Presiden B. J. Habibie
  • Penghargaan: Islamic Misionary Award (1991), Ramon Magsaysay Award (1993), Global Tolerance Award (2003), World Peace Prize Award (2003), The Culture of Peace Distinguished Award (2003), Tasrif Award-AJI (2006, pejuang demokrasi), perhargaan dari Simon Wiesenthal Center (2008, pejuang HAM), penghargaan dari Mebal Valor (pejuang kaum minoritas), Lifetime Achievement Award (2010), dan masih banyak lagi penghargaan lainnya
  • Kutipan-kutipan bijak Gus Dur: "Saya tidak takut dengan dominasi minoritas, itu lahir karena kita merasa minder, dihantui rasa kekalahan dan kelemahan"; "Sejarah lama bangsa kita memang menarik, karena sering ditulis tidak sama dengan yang terjadi, dan sering dijadikan alat legitimasi kekuasaan"; "Menerima perbedaan pendapat bukanlah tanda kelemahan, melainkan menunjukkan kekuatan"; "Kita butuh Islam ramah, bukan Islam marah"; "Keragaman adalah keniscayaan akan hukum Tuhan atas ciptaan-Nya"; "Agama mengajarkan pesan-pesan damai dan ekstremis memutarbalikkannya"; "Tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agama atau sukumu"; "Guru spiritual saya adalah realitas, dan guru realitas saya adalah spiritualitas"; "Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin"; "Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa adanya perbedaan"; "Tidak boleh ada perbedaan kepada setiap warga negara Indonesia berdasarkan agama, bahasa ibu, kebudayaan serta ideologi"; "Kalau anda tidak ingin dibatasi, janganlah anda membatasi, kita sendirilah yang harusnya tau batas kita masing-masing"

The Great Indonesian, Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafi'i)

Ahmad Syafii Maarif:
  • Buya Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif (lahir pada tanggal 31 Mei 1935 dan meninggal pada tanggal 27 Mei 2022) atau akrab disapa Buya Syafi'i adalah seorang ulama dan cendekiawan Indonesia
  • Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute
  • Ahmad Syafii Maarif lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935. Ia lahir dari pasangan Ma'rifah Rauf Datuk Rajo Malayu, dan Fathiyah. Ia bungsu dari 4 bersaudara seayah seibu, dan seluruhnya 15 orang bersaudara seayah berlainan ibu
  • Riwayat pendidikan: Sekolah Rakyat (SR, setingkat SD, tahun 1942, di Sumpur Kudus), Madrasah Muallimin Muhammadiyah (tahun 1950, di Balai Tengah, Lintau), Madrasah Muallimin (Yogyakarta, tamat tahun 1956), Universitas Cokroaminoto (Surakarta, tamat tahun 1964), Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta, tamat tahun 1968), Program Master di Departemen Sejarah Universitas Ohio (Amerika Serikat, tahun 1980), Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Universitas Chicago (Amerika Serikat, tahun 1983)
  • Pemikiran Buya Syafi'i sendiri banyak dipengaruhi oleh dosennya semasa di Chicago, yaitu Fazlur Rahman. Ia intensif melakukan pengkajian terhadap Al-Quran dan terlibat diskusi secara intensif dengan Nurcholish Madjid dan Amien Rais yang sedang mengikuti pendidikan doktornya
  • Ahmad Syafii Maarif dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah pendukung gagasan Islam Liberal (neomodernisme) yang diusung oleh Fazlur Rahman. Ia memuji setinggi-tingginya Fazlur Rahman yang merupakan dosennya. Pada tahun 2001 ia menolak kembalinya Piagam Jakarta ke dalam konstitusi. Dan bersama dengan Hasyim Muzadi menolak pemberlakuan Syariat Islam secara formal di Indonesia
  • Gerakan Islam Liberal tumbuh subur di Muhammadiyah semasa dipimpin Syafii. Hal ini ditandai dengan berdirinya tiga komunitas intelektual yaitu Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP), Maarif Institute, dan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) 
  • Pada tahun 2008 Syafii mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dan pemerintah Filipina, atas karya dan pemikirannya berupa buku Dinamika Islam dan Islam, Mengapa Tidak? (tahun 1984) dan Islam dan Masalah Kenegaraan (tahun 1985) 
  • Kutipan-kutipan bijak Buya Syafi'i: "Tidak ada manfaatnya mengerang-meratap panjang, tanpa berbuat sesuatu kebajikan untuk semua, betapa pun kecil nilainya", "Hidup harus bermakna, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Sebagai tanggung jawab sosial dan kemanusiaan", "Hidup yang berkemajuan adalah hidup yang sarat dengan pertarungan ide untuk mencari yang terbaik dan benar", "Kita harus bangkit kembali menyelamatkan bangsa ini, menyelamatkan keturunan kita untuk ratusan bahkan ribuan tahun yang akan datang", "Allah yang Mahatahu di mana posisi kita masing-masing. Di depan Allah, sebuah kebohongan, sekalipun diulang-ulang, akan sia-sia, tidak ada nilainya sama sekali", "Siapa pun yang telah memilih jalan kebenaran atau kejujuran tidak boleh berhenti di tengah jalan, betapa terjal, panjang, berkeloknya jalan itu", "Si pengecut tidak akan pernah meraih tujuan-tujuan hidup yang bermakna. Sifat pengecut adalah merampok di jalan raya kehidupan. Sifat ini merupakan faktor penyebab yang tak sehat bagi perkembangan emosi manusia", "Dalam demokrasi seorang warga negara punya hak dan kewajiban untuk turut serta dalam proses pembuatan keputusan, sesuatu yang tabu dalam sistem kerajaan atau sistem demokrasi semu", "Dari sisi ajaran, semua agama pasti memerintahkan pemeluknya untuk mewujudkan perdamaian dan menegakkan keadilan. Sebab tanpa dua pilar itu perumahan kemanusiaan akan menjadi ringkih, jika bukan malah berantakan", "Untuk merawat hari depan bangsa ini agar bertahan lama diperlukan suasana hati teduh, pikiran jernih, dan jiwa besar dalam menghadapi perbedaan pandangan. Tanpa itu, bangsa ini benar-benar bisa menjadi bangsa kuli yang hina-dina", "Islam yang damai, Islam yang konstruktif, dan Islam yang mengayomi bangsa ini dengan tanpa membeda-bedakan suku, agama dan lain-lain. Itu Islam yang benar, keislaman harus satu nafas dengan ke-Indonesiaan dan kemanusiaan", "Ratap tangis tidak akan menyelesaikan masalah. Dunia harus diubah dan bukan ditangisi", "Yang muda-muda harus mengerti betul persoalan bangsa berbasis data. Banyak membaca dan ikut terlibat membenahi negeri", "Jadi pemimpin itu sangat berat, tapi mulia dan menantang. Pelajari riwayat pendiri negara, agar tahu kenapa bangsa dan negara kita merdeka", "Kemerdekaan itu mahal, jangan disia-siakan", "Pemerintah harus memahami betul rakyat Papua, memahami asal usul dan kultur di daerah tersebut"

The Great Indonesian, B.J. Habibie
B.J. Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie:
  • Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan, dan meninggal dunia pada tanggal 11 September 2019 di Jakarta, pada usia 83 tahun
  • Istri Hasri Ainun Besari, dan memiliki 2 orang anak: Ilham Akbar dan Thareq Kemal
  • B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo
  • Riwayat pendidikan: Sekolah Menengah Atas Dago, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) tahun 1954, studi teknik penerbangan spesialisasi konstruksi pesawat terbang di RWTH Aachen Jerman Barat dan menerima gelar diplomingenieur tahun 1960 dan gelar doktor ingenieur tahun 1965 dengan predikat summa cum laude
  • Perjalanan karir: bekerja di Messerschmitt-Boikow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan di Hamburg, Jerman; Menteri Negara Riset dan Teknologi RI tahun 1978 - 1998; Wakil Presiden Republik Indonesia (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998); Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999)
  • Langkah politik beliau yang mengawali era reformasi: memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga menyebabkan bermunculan banyak partai-partai politik yakni sebanyak 48 partai politik; membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan; mencabut larangan berdirinya serikat buruh independen; membentuk 3 undang-undang yang demokratis (tentang partai politik, pemilu, susunan kedudukan DPR/MPR); menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 Ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi (tentang referendum, Pancasila sebagai asas tunggal, Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan kebijakan di luar batas perundang-undangan, pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya 2 periode)
  • Kebijakan beliau di bidang ekonomi semasa reformasi dan krisis moneter: restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara; melikuidasi beberapa bank bermasalah; menaikkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar hingga di bawah Rp 10.000,-; membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri; mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disarankan IMF; UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat; UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
  • Pada Sidang Umum 1999, beliau memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR (imbas dari lepasnya Timor Timur akibat diperbolehkannya referendum pada 30 Agustus 1999)
  • Kutipan-kutipan B.J. Habibie: "Di mana pun engkau berada, selalu lah menjadi yang terbaik dan berikan yang terbaik dari yang bisa kau berikan", "Hiduplah kamu seperti akan mati besok, dan berbahagialah seperti kamu akan hidup selamanya", "Salah satu kunci kebahagiaan adalah menggunakan uangmu untuk pengalaman, bukan keinginan", "Ketika seorang menghinamu, itu adalah sebuah pujian bahwa selama ini mereka menghabiskan waktu untuk memikirkan kamu, bahkan ketika kamu tidak memikirkan mereka", "Masa lalu adalah milik saya, masa lalu kamu adalah milik kamu, tapi masa depan adalah milik kita", "Dalam hidup ini, saya memiliki mental seperti orang yang bermain sepeda. Bila saya tidak mengayuh sepeda, maka saya akan jatuh. Jika saya berhenti bekerja, maka saya mati", "Pengalaman tidak bisa dipelajari, tapi harus dilalui", "Hanya anak bangsa sendiri lah yang dapat diandalkan untuk membangun Indonesia. Tidak mungkin kita mengharapkan dari bangsa lain", "Kesempurnaan tidak datang dengan sendirinya, kesempurnaan harus diupayakan. Kesempurnaan harus dinilai. Proses dan hasil pekerjaan harus diawasi", "Utamakan kerja nyata, bukan citra", "Belajarlah bersyukur dari hal-hal baik di hidupmu dan belajarlah menjadi kuat dari hal-hal yang buruk di hidupmu", "Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah", "Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar, keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha", "Bertekadlah jadi pribadi yang berguna bagi lingkungan sekitar, gunakan apa yang kamu punya untuk membantu sesama"

The Great Indonesian, Baharudin Lopa
Baharudin Lopa

Baharudin Lopa:
  • Lahir di Pambusuang, Balanipa, Polewali Mandar, Indonesia, pada tanggal 27 Agustus 1935
  • Meninggal di Riyadh, Arab Saudi, 3 Juli 2001
  • Pendidikan: Universitas Hasanuddin, Universitas Diponegoro
  • Perjalanan karir Baharudin Lopa: anggota Komnas HAM (1993-1998), Menteri Hukum dan Perundang-undangan Indonesia (2001), Jaksa Agung Republik Indonesia (2001) 
  • Prof. Dr. Baharudin Lopa SH adalah seorang jaksa yang konsisten memperjuangkan pemberantasan korupsi di Indonesia, melalui suatu terobosan gemilang yaitu azas pembuktian terbalik, atau terdakwa harus membuktikan sendiri bahwa harta bendanya adalah halal dan legal
  • Kasus-kasus besar yang pernah ditangani beliau: kasus konglomerat Sjamsul Nursalim, Prajogo Pangestu, Marimutu Sinivasan; kasus korupsi Arifin Panigoro, Akbar Tandjung, Nurdin Halid; menjebloskan Bob Hasan ke Nusakambangan; kasus pelanggaran HAM Soeharto
  • Penghargaan Goverment Watch Award (Gowa Award) atas pengabdiannya memberantas korupsi di Indonesia 
  • Kutipan-kutipan beliau: "Janganlah takut menegakkan hukum dan jangan takut mati demi menegakkan hukum", "Kendati kapal akan karam, tegakkan hukum dan keadilan!"

The Great Indonesian, Hoegeng Imam Santoso
Hoegeng Imam Santoso

Hoegeng Imam Santoso:
  • Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921
  • Meninggal 14 Juli 2004, Jakarta, Indonesia
  • Merupakan salah satu tokoh kepolisian Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ke-5, bertugas dari tahun 1968 - 1971
  • Latar belakang pendidikan dan jabatan: pendidikan HIS pada usia 6 tahun, MULO (1934), sekolah menengah AMS Westers Klasiek (1937), ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia (1940), latihan kemiliteran Nippon (1942), Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943), wakil kepala seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946), Kursus Orientasi di Provost Marshal General School (1950), Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur (1952), Kepala Bagian Reserse Kriminal Kantor Polisi Sumatera Utara (1956), Pendidikan Brimob (1959), Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri Iuran Negara (1965), Menteri Sekretaris Kabinet Inti (1966), Deputi Operasi Pangak (1966), Deputi Men/Pangak Urusan Operasi (1966), Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (1968)
  • Kisah kejujuran seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia bernama Hoegeng Imam Santoso: melarang istrinya membuka toko bunga (alasannya karena tidak adil dengan toko bunga lainnya), menolak rayuan pengusaha wanita cantik (ini berkenaan dengan maslah penyeludupan), mengatur lalu lintas di perempatan (seorang jenderal bintang 4 turun mengatur lalu lintas?), memberantas semua beking kejahatan (walau dicoba suap oleh para pelaku kejahatan), membongkar kasus pemerkosaan Sum Kuning (akibat keberaniannya, beliau harus rela dipensiunkan dini), selalu berpesan polisi jangan sampai bisa dibeli, melarang anaknya masuk Akabri untuk menjadi polisi (dengan maksud untuk mencegah KKN)

The Great Indonesian, Mohammad Hatta
Mohammad Hatta

Mohammad Hatta:
  • Lahir dengan nama Mohammad Athar, dan lebih dikenal dengan panggilan Bung Hatta
  • Bersama dengan Bung Karno merupakan proklamator kemerdekaan Republik Indonesia
  • Lahir 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, Indonesia
  • Meninggal 14 Maret 1980 di Jakarta, Indonesia 
  • Bung Hatta merupakan seorang penjuang, negarawan, ekonom, wakil presiden pertama Republik Indonesia
  • Latar belakang pendidikan: Sekolah Dasar Melayu Fort de Kock (Minangkabau), ELS (padang, 1913), MULO (padang, 1917), Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School (Batavia), Handels Hogeschool (Rotterdam, Belanda, 1921-1932)
  • Latar belakang organisasi: Jong Sumatranen Bond, Perhimpunan Indonesia (PI), Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru)
  • Penghargaan: Pahlawan Nasional, Proklamator Indonesia, Bapak Koperasi Indonesia, Doctor Honoris Causa (UGM, 1965), The Founding Father's of Indonesia
  • Kutipan-kutipan Mohammad Hatta: "Malahan kita berada pada permulaan perjuangan yang jauh lebih berat dan lebih mulia, yaitu perjuangan untuk mencapai kemerdekaan daripada segala macam penindasan", "Untuk mencapai cita-cita yang tinggi, manusia melepaskan nyawanya pada tiang gantungan, mati dalam pembuangan, tetapi senantiasa menyimpan dalam hatinya luka wajah tanah air yang duka", "Agar perut rakyat terisi, kedaulatan rakyat perlu ditegakkan. Rakyat hampir selalu lapar bukan karena panen buruk atau alam miskin, melainkan karena rakyat tidak berdaya", "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas", "Banyak orang yang bertukar haluan karena penghidupan, istimewa dalam tanah jajahan dimana semangat terlalu tertindas, tetapi pemimpin yang suci senantiasa terjauh daripada godaan iblis itu", "Berpuluh-puluh pemimpin kita yang meringkuk dalam bui sengsara dalam pembuangan di Boven Digul, dengan tiada mempunyai pengharapan akan kembali. Berapakah diantara saudara-saudara yang masih kenal akan nama-nama mereka?", "Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki", "Indonesia merdeka tidak ada gunanya bagi kita, apabila kita tidak sanggup untuk mempergunakannya memenuhi cita-cita rakyat kita, hidup bahagia dan makmur dalam pengertian jasmani maupun rohani", "Pahlawan yang setia itu berkorban bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita", "Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi", "Hari siang bukan karena ayam berkokok, tetapi ayam berkokok karena hari mulai siang. Begitu juga dengan pergerakan rakyat. Pergerakan rakyat timbul bukan karena pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan", "Hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku, ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku"

Orang Hebat Indonesia, Munir Said Thalib
Munir

Munir Said Thalib:
  • Munir Said Thalib, lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1964, meninggal di Jakarta dalam pesawat jurusan Amsterdam, Belanda, 7 September 2004, pada umur 39 tahun
  • Merupakan penggiat dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia, keturunan Indonesia - Arab, anak keenam dari tujuh bersaudara, pasangan Said Thalib dan Jamilah
  • Istri: Suciwati (penggerak HAM Indonesia), anak: Sultan Alif Allende dan Diva Syuuki Larasati
  • Dikenal akan dedikasinya, kesederhanaan, kesahajaan dalam membela hak-hak orang tertindas, melawan praktek-praktek otoritarian serta militeristik
  • Riwayat pendidikan: Sarjana Hukum Unibraw (Malang)
  • Jabatan yang pernah diemban: Ketua senat mahasiswa fakultas hukum Unibraw (1988), koordinator wilayah IV asosiasi mahasiswa hukum Indonesia (1989), Ketua Dewan Kontras (2001), Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial
  • Beberapa kasus besar yang pernah ditangani: kasus Marsinah, seorang aktivis buruh yang dibunuh militer tahun 1994; penasehat hukum warga Nipah, Madura, dalam kasus pembunuhan petani oleh militer pada tahun 1993; penasehat hukum korban dan keluarga Korban Penghilangan Orang secara paksa 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta tahun 1997-1998; penasehat hukum korban dan keluarga korban pembantaian tragedi Tanjung Priok 1984-1998; penasehat hukum korban dan keluarga penembakan mahasiswa di Semanggi 1 (1998) dan Semanggi 2 (1999); penasehat hukum dan koordinator kasus pelanggaran HAM berat di Aceh, Papua
  • Penghargaan: Man Of The Year (1998) versi Majalah Ummat, Pin emas sebagai lulusan Unibraw yang sukses, tokoh Indonesia abad 20 (Majalah Forum Keadilan), As Leader for the Millennium (Asia Week, 2000), The Right Livelihood Award (Alternative Nobel Prizes, untuk promosi HAM dan kontrol sipil atas militer, Stockholm, Desember 2000), An Honourable Mention of the 2000 Unesco (atas usahanya mempromosikan toleransi dan anti kekerasan, Paris, November 2000)
  • Kutipan Munir: "Menolak lupa", "Aku harus tenang walaupun takut. Untuk membuat semua orang tidak takut. Normal, sebagai orang, ya pasti ada takut, ngak ada orang yang enggak takut. Cuma yang coba aku temukan merasionalisasi rasa takut", "Biarkanlah rakyat yang menentukan arah bangsa ini akan dibangun, dan bagaimana rakyat akan menjaga masa depannya, sebab rakyat pemilik sah konstitusi", "Marsinah adalah sebuah cermin perlawanan buruh dalam bibit tumbuhnya gerakan buruh", "Tidak seharusnya terdapat klaim yang dapat diterima ketika mempertahankan integrasi negara dengan cara mengingkari penghormatan HAM", "Aparat keamanan harus bertindak efektif, proporsional dan profesional bukan tidak bertindak dengan alasan takut dituduh melanggar HAM", "Membangun suatu bangsa adalah membangun sebuah peradaban", "Pendidikan politik rakyat hanya akan berhasil dalam sistem yang demokratis dan adanya jaminan atas HAM", "Sistem Kamnas adalah sebuah sistem melingkupi kebijakan dan tentang bagaimana negara membangun kerangka melindungi kepentingan nasional", "Kekerasan negara, pemicu disintegrasi bangsa", "Kapolri lebih baik relokasi pelaku kekerasan"

Orang Hebat Indonesia, R.A. Kartini
R.A. Kartini

R.A. Kartini:
  • R.A. Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879, dan meninggal di Rembang pada tanggal 17 September 1904
  • Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia
  • Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi
  • Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit
  • Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua
  • Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar Bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah
  • Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Diantaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampaknya Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20 tahun, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman feminis karya Nyonya Goekoop de-jong Van Beek dan sebuah roman anti perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda
  • Oleh orangtuanya, Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka
  • Kartini meninggal pada tanggal 17 September 1904 pada usia 25 tahun, beberapa hari setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya Soesalit Djojoadhiningrat, 13 September 1904
  • Berkat kegigihannya, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis  
  • Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A. Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini
  • Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian pada tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbilah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda
  • Kutipan-kutipan Kartini yang paling inspiratif: "Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri"; "Saat membicarakan orang lain anda boleh saja menambahkan bumbu, tapi pastikan bumbu yang baik"; "Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai"; "Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang akan datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang"; "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada mimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam"; "Tahukah kamu semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata aku tiada dapat, melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku Mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung"; "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya"; "Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam dalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia"; "Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu"; "Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang"; "Tak peduli seberapa keras kamu mencoba, kamu tak akan pernah bisa menyangkal apa yang kamu rasa. Jika kamu memang berharga di mata seseorang, tak ada alasan baginya untuk mencari seseorang yang lebih baik darimu"; "Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti"; "Tetapi sekarang ini, kami tiada mencari penglipur hati pada manusia. Kami berpegangan teguh-teguh pada tangan-Nya. Maka hari gelap gulita pun menjadi terang, dan angin ribut pun menjadi sepoi-sepoi"; "Adakah yang lebih hina, daripada bergantung kepada orang lain?"; "Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam"; "Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikian pula dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan muda mati, kadang-kadang timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah"; "Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah Kasih Sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seseorang mutlak menjadi Kristan? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni"; "Agama harus menjaga kita kita dari perbuatan dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama?"

The Great Indonesian, Raden Soeprapto
Raden Soeprapto

Raden Soeprapto:
  • Lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 27 Maret 1897
  • Meninggal di Jakarta, 2 Desember 1964
  • R. Soeprapto merupakan Jaksa Agung Republik Indonesia dari tahun 1951 - 1959, seorang penegak hukum yang sangat piawai, jujur, sederhana, berani dan tegas
  • Perjalanan karir dan pendidikan: HIS (Hollands Inlandse School), ELS (Europese Lagere School), Rechtsschool di Koningsplein Zuid 10, staf ketua Pengadilan Negeri Tulungagung (1917), kepala Pengadilan Pekalongan (1942), Jaksa Agung Republik Indonesia (1950)
  • Gebrakan dan ketegasan seorang Raden Soeprapto dalam menegakkan hukum: menyidangkan mantan Menteri Kehakiman Djody Gondokusumo (1956, menerima suap Rp 40rb), memeriksa Roeslan Abdulgani (tokoh nasional), memeriksa K.H. Masykur (mantan Menteri Agama kasus korupsi kain kafan dari Jepang), Kasman Singodimejo (kasus penghasutan), D.N. Aidit (kasus pencemaran nama baik Bung Hatta), Sidik Kertapati (dugaan makar), mantan Menteri Ekonomi Sumitro Djojohadikusumo (kasus pencemaran nama baik), Lie Kiat Teng (mantan Menteri Kesehatan, penyalahgunaan jabatan), Ong Eng Die (mantan Menteri Keuangan, penyalahgunaan jabatan), Sultan Hamid Algadrie II (kasus makar), wartawan senior (Asa Bafagih, Mochtar Lubis, B.M. Diah, Naibaho / Pemred Harian Rakyat), orang asing (Schmidt dan Jungschlager, kasus ini menyebabkan beliau diberhentikan Presiden Soekarno)
  • Penghargaan: Bapak Kejaksaan Republik Indonesia

The Great Indonesian, Soedirman
Soedirman

Soedirman:
  • Lahir: 24 Januari 1916 di Kabupaten Purbalingga, Indonesia
  • Meninggal: 29 Januari 1950 di Magelang, Indonesia
  • Jenderal Besar Raden Soedirman adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia, dan merupakan panglima besar Tentara Nasional Indonesia yang pertama
  • Perjalanan hidup seorang Soedirman: guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap, kepanduan Hizbul Wathan, Komandan Batalyon di Kroya, Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel, Panglima Besar TKR/TNI dengan pangkat Jenderal Besar Bintang Lima 
  • Kutipan-kutipan Jendral Soedirman: "Lebih baik di bom atom daripada tidak merdeka", "Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu kasta yang berdiri di atas masyarakat. Tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu", "Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagipula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga", "Karena kewajiban kamulah untuk tetap pada pendirian semula, mempertahankan dan mengorbankan jiwa untuk kedaulatan negara dan bangsa kita seluruhnya", "Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita. Jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara, karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara", "Kemerdekaan satu negara, yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan jiwa harta benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga", "Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi banteng merah putih. Akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi", "Satu-satunya hak milik nasional/republik yang masih utuh tidak berubah-ubah, meskipun harus mengalami segala macam soal dan perubahan, hanyalah angkatan perang Republik Indonesia", "Jangan mudah tergelincir dalam saat-saat seperti ini, segala tipu muslihat dan provokasi-provokasi yang tampak atau tersembunyi dapat dilalui dengan selamat, kalau kita waspada dan bertindak sebagai patriot", "Jangan sekali-kali di antara tentara kita ada yang menyalahi janji, menjadi penghianat nusa, bangsa dan agama. Harus kamu sekalian senantiasa ingat, bahwa tiap-tiap perjuangan tertentu memakan korban, tetapi kamu sekalian telah bersumpah ikhlas mati untuk membela temanmu yang telah gugur sebagai ratna, lagi pula untuk membela nusa, bangsa dan agamamu, sumpah wajib kamu tepati, sekali berjanji kamu tepati", "Pertahankan kemerdekaannya sebulat-bulatnya. Sejengkal tanah pun tidak akan kita serahkan kepada lawan, tetapi akan kita pertahankan habis-habisan. Meskipun kita tidak gentar akan gertakan lawan itu, tetapi kita pun harus selalu siap sedia", "Meskipun kamu mendapat latihan jasmani yang sehebat-hebatnya, tidak akan berguna jika kamu mempunyai sifat menyerah! Kepandaian yang bagaimanapun tingginya, tidak ada gunanya jika orang itu mempunyai sifat menyerah! Tentara akan hidup sampai akhir jaman, tentara akan timbul dan tenggelam bersama negara!"

The Great Indonesia, Soe Hok Gie
Soe Hok Gie

Soe Hok Gie:
  • Lahir di Jakarta, 17 Desember 1942, dan meninggal di Gunung Semeru, 16 Desember 1969, pada usia 26 tahun. Dimakamkan di Museum Taman Prasasti, Jakarta, Indonesia
  • Merupakan seorang aktivis Indonesia keturunan Tionghoa yang menentang kediktatoran berturut-turut dari Presiden Soekarno dan Soeharto
  • Anak keempat dari lima bersaudara; kakaknya Arief Budiman, seorang sosiolog dan dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, juga cukup kritis dan vokal dalam politik Indonesia. Orang tua-nya bernama Salam Sutrawan dan Nio Hoe An
  • Latar belakang pendidikan: SMA Kolose Kanisius, Universitas Indonesia (UI, jurusan sastra, tahun 1962 sampai 1969)
  • Merupakan seorang penulis yang sangat aktif, dengan berbagai artikel yang dipublikasikan di koran-koran seperti: Kompas, Harian KAMI, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu 3 tahun orde baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995). Buku hariannya diterbitkan pada tahun 1983, dengan judul Catatan Seorang Demonstran. Tesis universitasnya juga diterbitkan dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madium, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan
  • Aktivitas: membantu mendirikan mapala UI (tahun 1965), menikmati kegiatan hiking
  • Meninggal sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27, bersama dengan rekannya yang bernama Idhan Dhanvantari Lubis, akibat menghirup gas beracun saat mendaki gunung berapi Semeru. Ironisnya, ia menyukai baris-baris puisi dari seorang filsuf Yunani: "Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tetapi mati muda, dan yang tersial adalah berumur tua. Berbahagialah mereka yang mati muda"
  • Kutipan-kutipan seorang Soe Hok Gie: "Sekarang aku melihat rahasia pembuatan orang terbaik itu adalah untuk tumbuh di udara terbuka dan untuk makan dan tidur dengan bumi", "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan", "Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah", "Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya", "Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara aku terima ini semua melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu", "Hanya ada dua pilihan: menjadi apatis atau mengikuti arus. Tapi, aku memilih untuk jadi manusia merdeka", "Kebenaran hanya ada di langit dan dunia hanyalah palsu, palsu", "Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau", "Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan", "Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata", "Barang siapa yang mengibarkan bendera "Revolusioner", akan memperoleh pasaran di kalangan kaum radikal, kaum yang menunggu dengan tidak sabar perubahan-perubahan yang mereka harapkan. Kaum "Radikal" ini berasal dari segala golongan", "Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau dia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung"

The Great Indonesian, Soekarno
Soekarno

Soekarno:
  • Dr. Ir. H. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama, yang menjabat pada periode 1945 - 1966
  • Lahir 6 Juni 1901 di Surabaya, Indonesia
  • Meninggal 21 Juni 1970, Jakarta, Indonesia 
  • Proklamator kemerdekaan bangsa Indonesia ini memainkan peran penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda
  • Presiden Soekarno jugalah yang merumuskan dasar negara Indonesia, Pancasila
  • Pendidikan: Eerste Inladse School, Europeesche Lagere School (1911), Hogere Burger School (1915), Technische Hoogeschool te Bandoeng (1921)
  • Fakta tentang Soekarno: nama Soekarno dipakai dibeberapa negara di dunia (nama masjid di St. Petersburg, nama jalan di Maroko, Mesir dan Pakistan), perangko Soekarno dibuat juga di negara Kuba, menjadi cover majalah TIME (1946 & 1958), merupakan penggagas bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia (Stadion Utama Gelora Bung Karno, Monumen Nasional / Monas, Masjid Istiqlal, Wisma Nusantara, Hotel Indonesia, Patung Dirgantara)
  • Kutipan-kutipan Soekarno: "Tuhan menciptakan bangsa untuk maju melawan kebohongan elit atas, hanya bangsanya sendiri yang mampu merubah nasib negerinya sendiri", "Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya", "Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam", "Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya", "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya", "Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup dimasa pancaroba. Jadi tetaplah bersemangat elang rajawali", "Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang", "Laki-laki dan perempuan adalah seperti dua sayap dari seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; Jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali", "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri", "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia", "Merdeka hanyalah sebuah jembatan, Walaupun jembatan emas.., di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa.., satu ke dunia sama ratap sama tangis!", "Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia.. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin", "Apakah kelemahan kita adalah kurang percaya diri sebaga bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri dan kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah rakyat gotong royong", "Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa", "Bangunlah suatu dunia dimana semuanya bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan", "Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bestik tapi budak", "Aku lebih suka lukisan samudra yang gelombangnya menggebu-gebu daripada lukisan sawah yang adem ayem tentram", "Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat", "Apabila dalam di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun", "Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang lampau sangat berguna sebagai kaca benggala daripada masa yang akan datang", "Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya", "Apakah kita mau Indonesia merdeka, yang kaum Kapitalnya merajalela ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang dan pangan?", "Gemah ripah loh jinawi, tata tentram kerta raharja, para kawula iyeg rumagang ing gawe, tebih saking laku cengengilan adoh saking juti. Wong kang lumaku dagang, rinten dalu tan wonten pedote, labet saking tan wonten sansayangi margi. Subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku. Bebek ayam raja kaya enjang medal ing panggenan, sore bali ing kandange dewe-dewe. Ucapan-dalang dari bapaknya-embahnya-buyutnya-canggahnya, warengnya-udeg-udegnya gantung siwurnya. Bekerja bersatu padu, jauh daripada hasut, dengki, orang berdagang siang malam tiada hentinya, tidak ada halangan di jalan. Inipun menggambarkan cita-cita sosialisme"

The Great Indonesian, Yap Thiam Hien
Yap Thiam Hien

Yap Thiam Hien:
  • Lahir 25 Mei 1913, di Koeta Radja, Aceh
  • Meninggal 25 April 1989, di Brusel, Belgia
  • Yap Thiam Hien merupakan seorang pengacara Indonesia, yang mengabdikan seluruh hidupnya berjuang demi menegakkan keadilan dan hak asasi manusia (HAM)
  • Nama Yap Thiam Hien diabadikan sebagai nama sebuah penghargaan bagi mereka yang berjasa besar bagi penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia
  • Latar belakang pendidikan: Europesche Lagere School, MULO, AMS A-II, Hollands-Chineesche Kweekschool (HCK), Rechsthogeschool (Sekolah Tinggi Hukum), Universitas Leiden, Selly Oak College
  • Perjalanan hidup: salah seorang pendiri Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), pembela para tahanan politik era Presiden Soekarno, pembela para tersangka G30S/PKI, tergabung dalam Lembaga Pembela Hak-Hak Asasi Manusia (LPHAM), tokoh anti korupsi, pembela aktivis mahasiswa pada peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari, 1974). pembela para tersangka peristiwa Tanjung Priok (1984) 
  • Kutipan Yap Thiam Hien: "Jika saudara hendak menang perkara, jangan pilih saya sebagai pengacara anda karena kita pasti akan kalah. Tapi, jika saudara cukup dan puas mengemukakan kebenaran saudara, saya mau menjadi pembela saudara", "Kalau kau tidak salah, lawan, lawan terus! Karena itu jangan bikin salah. Ongkosnya mahal"

Demikian artikel tentang Orang-Orang Hebat Indonesia yang bisa kami rangkum. Tentunya tulisan ini jauh dari sempurna, dan jika ada kata-kata atau tulisan yang salah, mohon dikoreksi.

Orang-Orang Hebat Indonesia

Merasa kesulitan dalam mencari artikel atau barang-barang di blog CNC virtual ini teman? Boleh langsung klik link (tautan) ini saja: kumpulan artikel dan barang-barang yang disediakan CNC virtual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar